Sebuah Cinta yang Terukir dari Hati

Sebuah Cinta yang Terukir dari Hati
  

Sering kali cinta dikatakan sebagai ungkapan dari hati yaitu perasaan yang senang mengenai sesuatu. Cinta bisa berawal dari saling bertemu tanpa sengaja dan terbesit di hati menyukai. Hari-hari ingin berharap bisa berjumpa kembali dengan seseorang yang pernah bertemu.

Seorang yang pernah jatuh cinta mengetahui keadaan hatinya, hatinya ada perasaan dan memikirkan yang dicintainya. Dalam keadaan apapun selalu mengingat yang dicinta, ketika berpergian ingat dia, ketika makan ingat dia, bahkan hingga tidur pun ingat dia. Itulah cinta yang sudah menyusup dalam naluri.

Cinta seseorang dalam kebaikan akan menambah semangat dalam melakukan ibadah. Mencintai dengan jalan yang benar, yaitu jalan yang halal. Memang tidak mudah ketika kita menahan hawa nafsu yang tidak baik. Perlu sabar, berusaha, dan berdoa dalam menghadapi rintangan.

Mencintai sang pencipta semesta alam. KH. Husein Muhammad dalam sebuah bukunya “Memilih Jomblo” yakni kisah cinta romantis (al-Hubb al-Udzry) Qais dan Layla menjadi inspirasi para sufi falsafi. Sebagaimana Layla sebagai simbol sang kekasih dan keindahan. Sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari, para pengembara (al-Salik), para pecinta (al-Muhibb), si perindu (al’Asyiq). Perjalanan cinta Qais dan Layla, perumpamaan perjalanan menuju penyatuan antara salik dan kekasih. Para sufi besar menempuh jalan ini ialah Abu Yazid al-Busthami, al-Hallaj, Imam al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalal al-Din Rumi, dan lain-lain.[1]

Seseorang yang sudah asik dengan dicintainya yaitu mencintai sang pencipta tidak ingin lagi ada keinginan untuk mencintai selain dari-Nya. Dalam melakukan aktivitas semata bertujuan untuk ibadah. Bukan untuk mencari sesuatu yang lebih dalam merasakan nikmat yang hanya sementara. Nantinya nikmat sebenarnya ialah saat di akhirat nanti.

Mencintai seseorang dengan baik, kalau ingin ke jenjang lebih serius maka datang kepada orang tuanya, agar tidak menimbulkan yang tidak diinginkan, dan bisa mendapatkan cinta yang halal. Menahan sebentar untuk berusaha, akan terasa indah nantinya, jika waktunya sudah tiba, sebab semuanya telah diatur oleh-Nya.

Cinta tidak hanya dengan pasangan, akan tetapi cinta juga memberikan perhatian bahkan lebih dari pasangan yaitu mencintai Allah Swt. Selain itu, mencintai kekasih Allah seperti Nabi, keturunan Nabi, sahabat Nabi, para ulama, dan lain sebagainya. Semoga kita bisa mencintai yang bernilai ibadah dari-Nya.

Kecintaan yang sebenarnya ialah mencintai Allah, sebab kita diciptakan oleh-Nya untuk beribadah, semua alam semesta ini diatur-Nya, Dia Maha Kuasa atas segalanya, Maha Mengetahui, menolong hambanya yang memerlukan. Kemudian kalau yang lain supaya bernilai ibadah seperti mencintai pasangan maka niatkan untuk ibadah.


Oleh: Ahmad Norhudlari (Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin)

Referensi:

Muhammad, Husein. Memilih Jomblo, Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya Sampai Akhir Hayat, Cet. II, Yogyakarta: Zora Book, 2015.



                [1] Husein Muhammad, Memilih Jomblo, Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya Sampai Akhir Hayat, Cet. II (Yogyakarta: Zora Book, 2015), h. 142.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sebuah Cinta yang Terukir dari Hati"