Mulia Memaafkan Orang Lain
![]() |
Mulia Memaafkan Orang Lain |
Orang beriman memiliki akhlak mulia. Orang beriman mampu untuk menahan emosi apabila diganggu oleh orang lain. Menahan emosi agar tidak marah. Sebab marah dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw berjalan bersama Sayyidina Anas bin Malik, lalu datang seorang Badui bergegas menghampiri Rasulullah Saw dan menarik Rida’ (sorban) Rasulullah Saw dengan keras dari belakang, menyebabkan leher Rasulullah Saw membekas merah.
Sayyidina Anas bertanya-tanya, “Apa yang diinginkan oleh Badui tersebut?”
Badui itu berkata, “Wahai Muhammad berikan padaku harta Allah yang ada di tanganmu!.”
Kemudian Rasulullah Saw menoleh dengan senyuman dan raut wajah yang tidak berubah sedikit pun. Rasulullah Saw menjawab kepadanya dengan lemah lembut dan memerintahkan sebagian sahabat untuk memberinya banyak uang.[1]
Rasulullah Saw mengajarkan bahwasanya perlu menahan emosi agar emosi tidak keluar dari perbuatan dan sikap yang tidak baik. Sehingga akhlak mulia lah yang timbul dari itu, akhlak yang menyikapi kondisi dengan menyelesaikannya dengan bijak tanpa menimbulkan kegaduhan.
Memaafkan orang yang telah membuat kita tidak senang. Itulah maaf yang harus dilakukan. Ketika orang lain melakukan kesalahan entah sewaktu dulu pernah membuat kita merasa sakit hati sebab perbuatan dan sikap yang tidak mengenakkan kita. Dia sudah mengakui kesalahan dan meminta maaf maka maafkanlah. Dengan memaafkan yang ikhlas membuat hati kita terhindar dari penyakit-penyakit hati yang dapat merusak amal ibadah.
Manfaat memaafkan orang lain ialah menjadi diri seorang pemaaf, sabar, dan ikhlas, hati menjadi lebih tenang. Ketika bermaafan bukan sekedar “minta maaf” akan tetapi perlu tindakan perubahan yang tidak mengulangi kesalahan kembali. Sehingga terjadilah saling bermaafan yang berlandasan kepada kebaikan yaitu mengubah perilaku yang tidak baik menjadi baik.
Saat memaafkan orang lain memang tidak mudah karena perilakunya yang membuat hati kita menjadi sakit. Maka supaya kita bisa memaafkan orang itu dengan mengambil hikmah yang sudah terjadi. Hikmah yang dapat dipetik dan diambil membuat kita memahami takdir-Nya dan membuat kita belajar dari permasalahan untuk mencari solusinya.
Apakah sudah bisa memaafkan orang yang pernah berbuat salah? Jika sudah sungguh itu mulia, menjadikan bersambung kembali hubungan silaturrahmi. Jangan sampai permasalahan yang kecil ataupun besar membuat tidak memaafkan. Kalaupun harus ada syarat supaya mengganti rugi ataupun yang lainnya setelah memaafkan. Sesuaikan syarat dengan kesalahan yang diperbuat sebagai ganti rugi jika dia merugikan saat melakukan kesalahan.
Berapa banyak orang sakit hati karena tidak memaafkan, padahal dia ingin bertobat dan tidak mengulang lagi. Menyebabkan saling balas membalas membuat hubungan menjadi kacau, tidak ada lagi ketentraman. Sehingga timbulnya kasus-kasus kriminal di lingkungan. Oleh karena itu, saling bermaafan agar hidup menjadi damai. Allah saja Maha Pengampun atau pemberi maaf kepada hambanya yang ingin bertaubat dan kembali ke jalan yang benar, sedangkan kita apakah tidak memaafkan kesalahan orang lain di masa lalu?
Indah saling bermaafan. Dalam kehidupan ini sebagai manusia tidak lepas dari hubungan sosial maksudnya antara satu dengan yang lain saling memerlukan. Baik dalam hal keperluan pribadi, keperluan muamalah, agama, dan lain sebagainya. Menjadikan hidup perlu kerukunan yang damai.
Oleh: Ahmad Norhudlari (Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin)
Referensi:
Muhammad, Habib Umar bin Hafidz Bercerita, Cet. II, Penerbit Kota Ilmu, 2022.
0 Response to "Mulia Memaafkan Orang Lain"
Post a Comment