Hikmah di Balik Nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani (Sulthanul Auliya)
![]() |
Hikmah di Balik Nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani (Sulthanul Auliya) |
Nasihat-nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani. Meskipun beliau sudah lama meninggal dunia, akan tetapi ajaran, petuah-petuah masih relevan di zaman sekarang. Dalam menyebarkan agama Islam beliau lakukan tanpa kekerasan, paksaan tetapi dengan akhlak. Akhlak mulia beliau seperti toleransi, saling menghormati terhadap orang yang berbeda keyakinan sehingga membuat orang luar Islam menjadi tertarik untuk masuk agama Islam.
Dalam berlayar di dunia ini memerlukan tauladan yang dapat menuntun kepada kebaikan. Setiap orang pasti memiliki tingkah laku, ada perilaku yang dapat mengarahkan diri semakin dekat dengan sang pencipta yaitu Allah, ada juga tingkah laku yang dapat menjauhkan diri kepada-Nya.
Sebagaimana nasehat seperti mutiara yang sangat berharga. Nasihat tidak bertujuan untuk menjatuhkan seseorang tetapi nasihat dapat memberikan masukan yang bisa membantu ke jalan yang semestinya. Hati yang baik akan mau mendengar nasehat dari orang lain, baik itu habaib, guru, ulama dan lain sebagainya. Apabila menerima nasihat dengan hati yang lapang maka hatinya tersentuh untuk melakukan apa yang dianjurkan maupun yang dilarang.
Sosok pemimpin para wali yang masyhur ialah Syekh Abdul Qadir Jailani lahir di akhir abad ke-5 H atau 11 M, pada 1 Ramadhan 1077 M, di Iran yang dulu bernama Persia. Gilan atau Jilan nama tempat kelahiran yang disematkan kepada Syekh Abdul Qadir yang berada di sebelah selatan Laut Kaspia (sekarang masuk provinsi Mazandaran) (hal. 11). Syekh Abdul Qadir Jailani mendapat gelar Sulthanul Auliya (pemimpin para wali).
Nasihat pertama Syekh Abdul Qadir Jailani ialah hendaknya bisa dermawan terhadap fakir miskin. Sebagaimana dikatakan Ferdiansyah keimanan sangat berkaitan dengan kepekaan sosial (hal. 163). Kita bisa belajar dari akhlak beliau bahwa semakin tinggi keimanan tidak meninggalkan masalah sosial juga, melainkan memperhatikan masalah-masalah kehidupan sosial masyarakat.
Nasihat kedua Syekh Abdul Qadir Jailani ialah perlu menghindari perselisihan antar umat Islam. Antar sesama umat Islam sudah seharusnya tidak saling berselisih yang dapat mengakibatkan perpecahan (hal. 174). Jangan mudah terkena adu domba dari pihak luar, hanya persoalan berbeda pandangan maupun ingin membela kelompoknya, satu sama lain saling menyerang dengan hinaan bahkan dengan fitnah, permasalahan inilah yang dapat merenggangkan persaudaraan antar umat Islam sendiri.
Nasihat ketiga Syekh Abdul Qadir Jailani ialah membalas kebodohan dengan ilmu. Syekh Abdul Qadir Jailani menghendaki umat Islam harus bisa menjadi umat yang berilmu pengetahuan yang tinggi dan cerdas (hal. 169). Selain itu, mendorong umat Islam untuk mengamalkan ilmunya.
Ilmu dan amal saling berkaitan. Ilmu tanpa amal ibarat pohon yang tidak menghasilkan buah. Perumpamaan yang lain seperti sebuah sepeda baru tetapi tidak digunakan untuk kebutuhan sehingga tidak menjadi bermanfaat. Sedangkan amal tanpa ilmu menjadi sia-sia sebab ketidaktahuan ilmunya.
Nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani sangat baik untuk kita lakukan. Kita perlu nasihat agar bisa memotivasi hidup untuk terus memperbaiki kekurangan serta berusaha untuk lebih baik dari sebelumnya. Mengambil nasihat-nasihat yang baik dari seorang yang memiliki kedekatan dengan Allah, ilmu-ilmunya dan akhlak terpuji seperti waliyullah maupun para ulama. Kita bisa mengambil hikmah dari nasihat beliau agar menentramkan jiwa dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Oleh: Ahmad Norhudlari (Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin)
Referensi:
Maulana, A. Bisri. Ngalap Berkah Karomah Syekh Abdul Qadir Jailani. Penerbit Araska, 2021.
0 Response to "Hikmah di Balik Nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani (Sulthanul Auliya)"
Post a Comment